Gambar 1

Rabu, 29 Januari 2020



Apa itu pendidikan karakter?

Pendidikan Karakter

Pengertian karakter :
menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaranemosi dan motivasinya (perasaannya).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan  harus berkarakter.
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk  pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga   masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat    atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang  banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena  itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni  pendidikan nilai-nilai luhur   yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka  membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan  di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah  sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian  peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka  tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan  pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian  yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut.
Kofigurasi Karakter
Para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral.  Menurut Hersh, et. al. (1980), di antara berbagai teori yang berkembang, ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial. Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias (1989)  mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni: pendekatan kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku. Klasifikasi didasarkan pada tiga unsur  moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian psikologi, yakni:  perilaku, kognisi, dan afeksi.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Sumber: https://akhmadsudrajat-wordpress-com.cdn.ampproject.org/v/s/akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/amp/?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE%3D#aoh=15803648190438&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fakhmadsudrajat.wordpress.com%2F2010%2F09%2F15%2Fkonsep-pendidikan-karakter%2F

Selasa, 21 Januari 2020

Jenis Jenis Jaringan Internet Dan Fungsinya – Jumlah pengguna internet di Indonesia yang menempati peringkat ke-5 terbanyak di dunia tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusianya. Meskipun kuantitas pengguna internet di Indonesia termasuk sangatlah banyak, akan tetapi kualitasnya masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikannya dengan banyaknya kejahatan siber seperti penipuan dan berita hoax.
Oleh karena itu, marilah kita mengenal sedikit tentang internet. Sebenarnya apa sih internet itu ? Mungkin pertanyaan tersebut sering muncul di pikiran kita. Menurut KBBI, Internet adalah jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit. Oleh karena itu, internet memiliki pengertian yang sama dengan jaringan komputer.
Apakah internet itu memiliki beberapa jenis ? Jawabannya adalah iya, internet memiliki beberapa jenis. Jenis-jenis dari jaringan internet dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu berdasarkan jangkauan geografis, distribusi sumber informasi/data, media transmisi data, dan berdasarkan peranan tiap komputer. Mari kita membahas satu persatu.

A. Berdasarkan Jangkauan Geografis

  • PAN ( Personal Area Network )
Sesuai dengan namanya, area lingkup jaringan ini sangat kecil yaitu hanya mencakup perseorangan dan memiliki batas jangkauan yang terbilang pendek. Batas jangkauan jaringan ini sekitar 10 meter. Memang, istilah PAN terdengar asing dan tidak populer seperti istilah lain seperti LAN ataupun yang lainnya. Salah satu bentuk penggunaan jaringan PAN adalah jaringan Bluetooth.
  • HAN ( Home Area Network )
Jaringan internet ini hanya mencakup satu buah rumah saja. Sama semerti istilah PAN, istilah HAN juga jarang digunakan. Salah satu contoh dari jaringan ini adalah ketika memasang televisi berlangganan yang dilengkapi dengan internet. Biasanya jaringan tersebut dihubungkan dengan router yang ditempatkan di dalam rumah.
  • LAN ( Local Area Network )
LAN merupakan jaringan komputer atau jaringan internet yang hanya mencakup wilayah kecil, namun lebih besar daripada PAN. LAN hanya mampu mencakup wilayah tidak lebih dari 1 kilometer persegi. Biasanya LAN digunakan hanya dalam satu gedung saja. Dalam penggunaannya, biasanya digunakan kabel dengan teknologi IEEE 802.3, yaitu kabel Ethernet, untuk menghubungkan antar perangkat komputer dalam jaringan. Contoh pengaplikasian dari LAN adalah warnet alias warung internet, mereka menggunakan LAN untuk menghubungkan billing dengan OP (server). Selain menggunakan teknologi Ethernet, LAN juga menggunakan teknologi 802.11b yang lebih dikenal dengan istilah Wi-Fi. LAN yang menggunakan Wi-Fi disebut dengan WLAN atau Wireless Local Area Network.
  • MAN ( Metropolitan Area Network )
Jaringan MAN merupakan pengembangan dari jaringan LAN sehingga mampu mencakup wilayah yang lebih luas. Jaringan ini mampu mencakup wilayah dengan luas berkisar 10-50 km, sehingga pada umumnya jaringan ini mampu menghubungkan komputer yang berada di lain kota atau kabupaten tetapi masih berada dalam satu provinsi atau masih berada dalam radius kurang dari 50 km. Jaringan MAN didukung oleh kabel dengan kecepatan transfer data yang tinggi, sehingga memungkinkan penerimaan informasi antar komputer berlangsung sangat cepat. Jaringan MAN sebenarnya gabungan dari beberapa LAN. Jaringan ini hanya memiliki satu atau dua kabel dan tidak dilengkapi dengna elemen switching, sehingga rancangan menjadi lebih simpel. Contoh bentuk penggunaannya yaitu jaringan departemen dengan beberapa kantor departemen tingkat kabupaten atau kota dihubungkan antara satu dengan lainnya.
  • WAN ( Wide Area Network )
Jaringan WAN adalah jaringan internet paling luas yang mencakup wilayah sangat luas, bahkan mampu mencakup seluruh luas wilayah suatu negara. Sebenarnya WAN mirip dengan MAN yaitu sama-sama menghubungkan beberapa LAN. Akan tetapi, jumlah LAN yang mampu dihubungkan oleh jaringan WAN jauh lebih banyak daripada yang mampu dihubungkan oleh jaringan MAN.

B. Berdasarkan Distribusi Sumber Informasi / Data

  • Jaringan Terpusat
Pada jaringan ini, terdapat sebuah komputer server dan satu atau lebih komputer clientKomputer server bertugas sebagai sumber informasi / data, sedangkan komputer client bertugas sebagai perantara dalam mengakses informasi / data dari komputer server.
  • Jaringan Terdistribusi
Sebenarnya jaringan terdistribusi tidak berbeda jauh dari jaringan terpusat. Beda dari kedua jenis jaringan tersebut adalah jaringan terdistribusi terdiri atas beberapa jaringan terpusat. Dalam jaringan ini, beberapa komputer client dan server terhubung menjadi satu yang membentuk suatu sistem jaringan tertentu.

C. Berdasarkan Media Transmisi Data yang Digunakan

  • Jaringan Berkabel ( Wired Network )
Seperti namanya, jaringan berkabel atau wired network adalah sebuah jaringan yang menggunakan media kabel sebagai transmisi atau pengiriman data. Ada banyak jenis kabel yang biasa digunakan untuk jaringan ini, tetapi kabel UTP dan kabel Fiber Optik adalah kabel yang paling banyak digunakan saat ini.
  • Jaringan Nirkabel / Tanpa Kabel ( Wireless Network )
Sudah jelas bahwa jaringan ini tidak menggunakan media kabel dalam pengiriman data dari komputer yang satu ke komputer yang lain. Jaringan ini menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengirimkan sinyal data antar komputer. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah alat yang bernama wireless adapter agar bisa mengirim dan menerima data yang dikirimkan oleh komputer lain.

D. Berdasarkan Peranan dan Hubungan Tiap Komputer Dalam Jaringan

  • Jaringan Client-Server
Jaringan ini sebenarnya mirip dengan jaringan terpusat ataupun jaringan terdistribusi. Jaringan Client-Server terdiri atas satu atau lebih komputer server dan komputer client. Komputer server bertugas sebagai penyedia informasi / data dan komputer client bertugas untuk menampilkan data yang didapat dari komputer server.
  • Jaringan Peer to Peer
Jaringan ini sangat berbeda dengan jaringan client-server. Meskipun sama-sama memiliki komputer server dan komputer client, tetapi fungsi atau tugas dari komputer tersebut berbeda dari tugas yang ada pada jaringan client-server. Dalam jaringan client-server, komputer server­ dan client memiliki fungsi yang berbeda dan tidak dapat ditukar-tukar. Akan tetapi, pada jaringan peer to peer, fungsi komputer server dan komputer client dapat ditukar-tukar. Komputer server dapat berfungsi sebagai komputer client dan komputer client juga dapat berfungsi sebagai komputer server
 Sumber:
http://jagad.id/jenis-jenis-jaringan-internet-dan-fungsinya/